Unggah Ungguh Bahasa Jawa Kapan Menggunakan kata Siyos dan Saestu

Bahasa Jawa secara luas dikenal memiliki berbagai tingkatan bahasa lisan dengan nuansa kesopanan yang berbeda di telinga kita. Dalam percakapan sehari-hari, kita menemui berbagai tingkat bahasa seperti ngoko, madya, dan kromo, termasuk kromo inggil yang digunakan untuk menunjukkan rasa hormat kepada lawan bicara seperti teman dekat atau kepada orang yang kita hormati. Salah satu contoh menarik adalah antara kata dalam bahasa jawa 'siyos' dan 'saestu', yang keduanya diterjemahkan dalam bahasa indonesi siyos : artinya jadi sedangkan Saestu jika diterjemahkan dalam bahasa indonesia adalah sungguh ( menegaskan jadi ) tapi dalam bahasa jawa dua kata ini bisa diartikan menjadi atau jadi dan mempunyai arti yang sama , cuman mempunyai tingkatan yang berbeda Kata Saestu akan lebih sopan digunakan dari pada kata siyos dalam kalimat bahasa jawa

illustrasi foto by pexels.com

Seperti yang sudah ditulis sebelumnya Kata 'siyos' diterjemahkan menjadi 'menjadi atau jadi' . Ini kata ini lebih cocok sering digunakan dalam percakapan dengan teman sebaya atau dalam percakapan santai.sedangkan 'Saestu' di sisi lain, jauh lebih sopan dan penuh rasa hormat tingakatanya dari pada kata siyos dalam percakapan tertentu, sehingga lebih baik digunakan ketika berbicara kepada orang yang lebih tua, pemimpin masyarakat, atau dalam konteks formal yang yang kita hormati.

Contoh dalam kalimat Basa Jawa:

“Kulo mangke sonten mboten siyos badhe sowan penjenengan” = “saya nanti sore tidak jadi datang ke tempatmu

“Bapak mboten saestu mundhut sepeda motor enggal, amargi artanipun tasih kirang” = “Bapak tidak jadi membeli sepeda motor baru karena uangnya masih kurang.” ( kata saestu disini menegasakan bawah benar benar tidak jadi membeli)

Bahasa Kromo Biasa - Bahasa Kromo Alus - Bahasa Indonesia

Kulo - Kawula - Saya

Sowan - Nderek - Datang (ke rumah orang yang dihormati)

Mboten - Mbokmenawi boten - Tidak

Mundhut - Tumbas - Membeli

Memilih kata yang tepat saat berbicara bahasa Jawa adalah masalah perilaku bahasa. Dengan lebih sadar akan kosakata, komunikasi yang sopan dalam melindungi budaya Jawa menjadi lebih mudah dicapai.