Mempelajari Budaya Tembang Jawa dari Karanganyar
Kabupaten Karanganyar yang terletak di Provinsi Jawa Tengah tidak terlepas dari budaya tembang jawa yang digandrungi hingga masa sekarang. Sebagai pulau yang paling padat penduduknya di Indonesia, Pulau Jawa memang memiliki budaya tersendiri, termasuk di Provinsi Jawa Tengah. Salah satu jenis tembang Jawa yang masih dilestarikan hingga sekarang adalah tembang mocopat.
Di berbagai tingkat sekolah di Jawa Tengah, tembang ini masih menjadi salah satu materi pelajaran Bahasa Jawa. Selain itu, banyak pula perlombaan yang berhubungan dengan tembang mocopat yang bertujuan untuk membuat tembang ini tetap lestari.
Tembang macapat yang sampai saat ini masih dilestarikan juga dipelajari oleh masyarakat di Kabupaten Karanganyar, Surakarta. Terlebih lagi, kabupaten ini masih kental dengan tradisi Jawa yang turun temurun. Jelas saja, tembang mocopat tidak asing di telinga masyarakat setempat. Tembang mocopat sendiri memiliki 11 judul. Masing-masing tembang tersebut memiliki karakter, lirik, watak, atau pun aturan tersendiri dalam penulisan serta pembuatannya.
Dulunya, tembang mocopat dijadikan sebagai salah satu media yang menarik untuk menyebarkan agama Islam. Pada jaman itu, Walisongo menggunakan tembang mocopat untuk menyebarkan agama islam di Pulau Jawa, termasuk di Kabupaten Karanganyar. Sebenarnya, tembang mocopat sendiri telah diketahui oleh banyak orang sejak jaman akhir kerajaan Majapahit.
Oleh masyarakat Jawa, tembang mocopat diyakini sebagai salah satu tembang yang memiliki makna yang cukup dalam. Beberapa makna yang terkandung di dalamnya adalah proses di mana manusia menjalani kehidupannya. Ada pula makna yang menceritakan tentang Tuhan yang telah memberikan ruh untuk kehidupan manusia sampai akhirnya manusia akan kembali kepada Tuhan nantinya. Semua gambaran dan makna dari proses kehidupan manusia tersebut telah tersirat dalam 11 jumlah tembang mocopat.
Megatruh berarti Sakaratul Maut. Deretan tembang mocopat ke 10 ini menggambarkan manusia yang sedang menghadapi sakaratul maut. Ada kelahiran, pasti akan ada pula kematian. Dalam tembang Megatruh juga telah ditegaskan bahwa setiap orang pasti akan mengalami mati untuk memasuki kehidupan yang tak berakhir. Perasaan kecewa, penyesalan, dan sedih digambarkan dalam lagu ini.
Jika disimak baik-baik, ke 11 tembang Macapat nyatanya memang benar-benar menggambarkan kehidupan manusia dari awal hingga akhir. Dengan menghayatinya, manusia bisa hidup dengan lebih terarah dan baik. Hingga sekarang, tembang mocopat masih dilestarikan oleh masyarakat Jawa Tengah, termasuk di Kabupaten Karanganyar.
illustrasi foto alam via pixabay.com |
Di berbagai tingkat sekolah di Jawa Tengah, tembang ini masih menjadi salah satu materi pelajaran Bahasa Jawa. Selain itu, banyak pula perlombaan yang berhubungan dengan tembang mocopat yang bertujuan untuk membuat tembang ini tetap lestari.
Filosofi Tembang Jawa Macapat
Tembang macapat yang sampai saat ini masih dilestarikan juga dipelajari oleh masyarakat di Kabupaten Karanganyar, Surakarta. Terlebih lagi, kabupaten ini masih kental dengan tradisi Jawa yang turun temurun. Jelas saja, tembang mocopat tidak asing di telinga masyarakat setempat. Tembang mocopat sendiri memiliki 11 judul. Masing-masing tembang tersebut memiliki karakter, lirik, watak, atau pun aturan tersendiri dalam penulisan serta pembuatannya.Dulunya, tembang mocopat dijadikan sebagai salah satu media yang menarik untuk menyebarkan agama Islam. Pada jaman itu, Walisongo menggunakan tembang mocopat untuk menyebarkan agama islam di Pulau Jawa, termasuk di Kabupaten Karanganyar. Sebenarnya, tembang mocopat sendiri telah diketahui oleh banyak orang sejak jaman akhir kerajaan Majapahit.
Oleh masyarakat Jawa, tembang mocopat diyakini sebagai salah satu tembang yang memiliki makna yang cukup dalam. Beberapa makna yang terkandung di dalamnya adalah proses di mana manusia menjalani kehidupannya. Ada pula makna yang menceritakan tentang Tuhan yang telah memberikan ruh untuk kehidupan manusia sampai akhirnya manusia akan kembali kepada Tuhan nantinya. Semua gambaran dan makna dari proses kehidupan manusia tersebut telah tersirat dalam 11 jumlah tembang mocopat.
Beberapa Judul Tembang Mocopat Beserta Filosofinya
1. Maskumambang
Maskumambang memiliki makna Janin. Maskumambang menjadi pembuka dari 11 tembang mocopat. Ini menggambarkan tentang proses awal dari kehidupan manusia. Lirik mocopat Maskumambang mengungkapkan perasaan yang sedih serta cemas yang dirasakan manusia dalam menghadapi kehidupan.2. Asmaradhana
Asmaradhana berarti Api Asmara. Ini merupakan deretan nomor 5 dari tembang mocopat. Sebagaimana sebuah kehidupan, setiap manusia pasti akan dihadapkan dengan cinta. Tembang Mocopat asmaradhana menggambarkan rasa patah hati, bahagia, cinta yang ditolak, atau pun harapan dari pasangan.
3. Megatruh
Megatruh berarti Sakaratul Maut. Deretan tembang mocopat ke 10 ini menggambarkan manusia yang sedang menghadapi sakaratul maut. Ada kelahiran, pasti akan ada pula kematian. Dalam tembang Megatruh juga telah ditegaskan bahwa setiap orang pasti akan mengalami mati untuk memasuki kehidupan yang tak berakhir. Perasaan kecewa, penyesalan, dan sedih digambarkan dalam lagu ini.Jika disimak baik-baik, ke 11 tembang Macapat nyatanya memang benar-benar menggambarkan kehidupan manusia dari awal hingga akhir. Dengan menghayatinya, manusia bisa hidup dengan lebih terarah dan baik. Hingga sekarang, tembang mocopat masih dilestarikan oleh masyarakat Jawa Tengah, termasuk di Kabupaten Karanganyar.
Posting Komentar untuk "Mempelajari Budaya Tembang Jawa dari Karanganyar"